Nihon Buyou secara harafiah berarti tarian Jepang. Tarian Jepang sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu mai dan odori. Dalam bahasa Indonesia keduanya memiliki arti yang sama yaitu tarian tetapi sebenarnya berbeda. Mai adalah tarian yang memiliki gerakan dasar menyeret langkah menggelilingi panggung dengan iringan nyanyian dan musik. Contohnya adalah Kagura, Ugaku, Shirabyoushi, Kuse-mai, Kouwaka-mai, Naugaku dan kamigata-mai. Sedangkan Odori adalah tarian dengan langkah menjejak dan menghentak mengelilingi panggung dengan isyarat dari tangan dan tubuh sesuai dengan ritme musik yang mengiringinya. Contoh Odori antara lain : Nenbutsu-odori dan Bon-odori. Mai dipengaruhi oleh Noh yang berasal dari Jepang bagian barat dan Odori yang tumbuh dari Kabuki berasal dari edo.
Penciptaan Nihon Buyou
Nihon buyou tercipta dari penggabungan beberapa seni panggung yang telah ada sebelumnya antara lain :
Sejarah
Cikal bakal Nihon Buyou terekam dalam catatan sejarah tertua bangsa jepang yaitu Kojiki, yang selesai ditulis tahun 712. Didalamnya tercatat kisah tentang asal muasal tarian Jepang. Alkisah saat Amaterasu bersembunyi di dalam karang Ama no Iwato, seluruh dewa-dewi di Tamagahara menyusun rencana untuk membujuk Amaterasu keluar, salah satunya dengan tarian yang dibawakan oleh Ame no Uzume no Mikoto. Ia mencurahkan segenap kemampuannya untuk menari dengan mengenakan rerumputan dengan hiasan pada pakaian dan juga tatanan rambutnya, memegang serumpun bambu di tangannya juga menjejakan kakinya di atas sebuah ember besar. Beberapa properti panggung dan gerakan kakinya yang mirip dengan tarian dalam Kojiki tersebut masih digunakan dalam Nihon Buyou sampai saat ini.
Beratus-ratus tahun kemudian, sekitar awal abad ke-17, Izumo no Okuni, seorang penari Shirabyoushi yang membuka jaman baru bagi dunia tari Jepang. Ia menciptakan Nenbutsu-Odori, tarian yang diciptakan untuk menghormati Amida Buddha. Dalam tarian ini, sang penari melompat ompat dan bergerak mengikuti ritme sebuah lonceng yang dibunyi bunyikan untuk mengiringi tarian. Selain lonceng seruling dan gendang juga digunakan untuk mengiring tarian tersebut. Tarian Okuni kemudian berkembang menjadi kabuki, Kabuki, lalu menelurkan Kabuki-Buyou dan Kabuki-Buyou kemudian diadaptasikan menjadi bagian dari Nihon Buyou
Aliran Nihon Buyou
Saat ini dijepang terdapat lebih dari 200 sekolah tari. Diantara 200 nama tersebut terdapat 5 aliran besar yang mendominasi sejak jaman dahulu yaitu :
Sekolah tari sampai sekarang masih aktif dan menurunkan tradisi tari yang memiliki ciri yang berbeda antar aliran satu dengan aliran yang lainnya. Keberadaan sekolah tari yang usianya masih relatif muda pun turut bersumbangsih dalam penciptaan variasi variasi baru dari Buyou klasik seperti Sousaku Buyou. Dijepang saat ini kurang lebih 5000 orang penari profesional yang aktif berkarya dan melakukan pementasan Nihon Buyou di seluuh Negeri.
Penciptaan Nihon Buyou
Nihon buyou tercipta dari penggabungan beberapa seni panggung yang telah ada sebelumnya antara lain :
- Kabuki Buyou
- Noh
- Mitsshuukou Engei Jutsu
Sejarah
Cikal bakal Nihon Buyou terekam dalam catatan sejarah tertua bangsa jepang yaitu Kojiki, yang selesai ditulis tahun 712. Didalamnya tercatat kisah tentang asal muasal tarian Jepang. Alkisah saat Amaterasu bersembunyi di dalam karang Ama no Iwato, seluruh dewa-dewi di Tamagahara menyusun rencana untuk membujuk Amaterasu keluar, salah satunya dengan tarian yang dibawakan oleh Ame no Uzume no Mikoto. Ia mencurahkan segenap kemampuannya untuk menari dengan mengenakan rerumputan dengan hiasan pada pakaian dan juga tatanan rambutnya, memegang serumpun bambu di tangannya juga menjejakan kakinya di atas sebuah ember besar. Beberapa properti panggung dan gerakan kakinya yang mirip dengan tarian dalam Kojiki tersebut masih digunakan dalam Nihon Buyou sampai saat ini.
Beratus-ratus tahun kemudian, sekitar awal abad ke-17, Izumo no Okuni, seorang penari Shirabyoushi yang membuka jaman baru bagi dunia tari Jepang. Ia menciptakan Nenbutsu-Odori, tarian yang diciptakan untuk menghormati Amida Buddha. Dalam tarian ini, sang penari melompat ompat dan bergerak mengikuti ritme sebuah lonceng yang dibunyi bunyikan untuk mengiringi tarian. Selain lonceng seruling dan gendang juga digunakan untuk mengiring tarian tersebut. Tarian Okuni kemudian berkembang menjadi kabuki, Kabuki, lalu menelurkan Kabuki-Buyou dan Kabuki-Buyou kemudian diadaptasikan menjadi bagian dari Nihon Buyou
Aliran Nihon Buyou
Saat ini dijepang terdapat lebih dari 200 sekolah tari. Diantara 200 nama tersebut terdapat 5 aliran besar yang mendominasi sejak jaman dahulu yaitu :
- Hanayagi-Ryuu
- Fujima-Ryuu
- Wakayagi-ryuu.
- Nishikawa-Ryuu
- Bandou-ryuu
Sekolah tari sampai sekarang masih aktif dan menurunkan tradisi tari yang memiliki ciri yang berbeda antar aliran satu dengan aliran yang lainnya. Keberadaan sekolah tari yang usianya masih relatif muda pun turut bersumbangsih dalam penciptaan variasi variasi baru dari Buyou klasik seperti Sousaku Buyou. Dijepang saat ini kurang lebih 5000 orang penari profesional yang aktif berkarya dan melakukan pementasan Nihon Buyou di seluuh Negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar