Tradisi di berbagai daerah
Kendaraan dari terong dan ketimun untuk arwah leluhur.
Persembahan permen jelly aneka warna untuk diletakkan di altar keluarga.
Ada berbagai tradisi unik di berbagai tempat di Jepang sehubungan dengan perayaan Obon.
- Kendaraan dari terong dan ketimun
Di daerah tertentu ada tradisi membuat kendaraan semacam kuda-kudaan yang disebut Shōryō-uma dari
terong dan
ketimun. Empat batang
korek api atau potongan
sumpit sekali pakai (
waribashi) ditusukkan pada terong dan ketimun sebagai kaki. Terong berkaki menjadi "sapi" sedangkan ketimun menjadi "kuda" yang kedua-duanya dinaiki arwah leluhur sewaktu datang dan pulang.
Kuda dari ketimun bisa lari cepat sehingga arwah leluhur bisa cepat sampai turun ke bumi, sedangkan
sapi dari terong hanya bisa berjalan pelan dengan maksud agar arwah leluhur kalau bisa tidak usah cepat-cepat pulang.
Di beberapa daerah dilangsungkan upacara Segaki di kuil agama Buddha untuk menolong Gaki (
setan kelaparan) dengan mendirikan pendirian altar yang disebut
Gakidana dan mendoakan arwah orang yang meninggal di pinggir jalan.
Ada daerah yang mempunyai tradisi memajang lampion perayaan Obon yang disebut
bon chochin (lentera bon) dengan maksud agar arwah leluhur bisa menemukan rumah yang dulu pernah ditinggalinya. Bon chochin terbuat dari
washi dengan kaki penyangga dari kayu.
Beberapa daerah memiliki tradisi
tōrōnagashi berupa pelarungan lampion dari
washi di sungai sebagai lambang melepas arwah leluhur untuk kembali ke alam sana. Ada daerah yang mempunyai tradisi
shōrōnagashi yang menggunakan kapal kecil untuk memuat lampion sebelum dilarung di sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar